"Siapa bilang anak kecil nggak bisa jadi investor? Kisah inspiratif ini
membuktikan bahwa dengan kesabaran dan strategi yang tepat, kebiasaan menabung
sejak dini bisa berbuah aset puluhan juta dan bahkan passive income!" Saya mulai mengenalkan kebiasaan menabung pada anak pertama saya sejak kelas 2 SD. Saat
itu, uang jajannya Rp3.000, dan saya berpesan agar ia menyisihkan Rp1.000. Saya
tekankan juga pentingnya tetap jajan, jangan sampai tidak makan sama sekali.
Uang seribu rupiah yang disisihkan itu saya kumpulkan di kotak bekas ponsel.
Awalnya memang tidak mudah, tapi saya selalu mengingatkan anak saya bahwa jika
ia ingin membeli sesuatu di luar jatahnya, lebih baik meminta daripada mengambil
uang tabungan.
Tak disangka, dalam waktu kurang dari setahun, tabungannya sudah
hampir mencapai Rp200.000. Di tahun berikutnya, adik pertamanya pun masuk kelas
1 SD. Dari uang seribu rupiah yang mereka sisihkan setiap hari, lama-kelamaan
terkumpul hampir Rp1.000.000. Dari sinilah muncul ide untuk mengembangkan uang
mereka dengan membeli materai, keuntungannya dibagi dua. Tanpa terasa, uang
tersebut terus bertambah. Memasuki tahun kelima, karena anak-anak sudah terbiasa
menyisihkan uang jajan, saya mengubah sistemnya.
Kini, ketiga anak yang
bersekolah (anak pertama, kedua, dan ketiga) diberikan uang jajan per minggu.
Mereka memiliki fleksibilitas untuk menabung minimal 20% dan maksimal 30% dari
sisa uang jajan mereka. Selain dari uang jajan, setiap kali anak-anak
mendapatkan uang dari saudara atau kerabat, misalnya uang THR saat hari raya,
uang tersebut juga harus ditabung.
Sementara itu, untuk anak keempat yang belum
bersekolah, jumlah tabungannya disesuaikan dengan berapa banyak yang berhasil
ditabung oleh anak ketiga. Ketika total tabungan mereka mencapai Rp2.000.000,
saya menyampaikan kepada anak-anak tentang pentingnya berbagi. Saya mengajak
mereka untuk memberikan infak kepada sekolah mereka dan meminta doa dari guru
madrasah agar mereka diberikan ketetapan hati untuk terus menabung. Hampir
setiap tahun, saya membawa anak-anak ke madrasah untuk menyerahkan infak
tersebut.
Enam tahun berlalu. Anak pertama saya sudah kelas 1 MTs, anak kedua
kelas 4 SD, anak ketiga kelas 2 SD, dan si bungsu berusia 5 tahun. Total aset
yang terkumpul dari kebiasaan menabung ini sudah hampir mencapai Rp40.000.000.
Dana ini telah dialokasikan ke berbagai instrumen, yaitu 25% ke instrumen saham,
25% ke modal patungan BRIlink, dan 50% dibelikan ke kebun sawit. Hebatnya lagi,
dari total aset tersebut, kini mereka sudah mendapatkan tambahan tabungan dari
passive income sekitar Rp200.000 per bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis komentar