1. Kerajaan
Kutai
Kerajaan Hindu tertua adalah Kerajaan Kutai yang
terletak di daerah Kutai, Kalimantan Timur. Pusat Pemerintahan diperkirakan
berada di Muarakaman di tepi Sungai Mahakam.
a. Sumber
Sejarah
Sumber-sumber sejarah Kerajaan Kutai adalah berupa patung
yang ditemukan dalam gua di Gunung Kombang dan Tujuh buah prasasti yang disebut
yupa.
Huruf yang dipakai dalam penulisan yupa adalah huruf Pallawa (huruf yang dipakai di India Selatan). Bahasa yang digunakan adalah Sanskerta dan disusun dalam bentuk syair.
b. Kehidupan
politik dan pemerintahan
Raj pertama dari Kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga.
Dari namanya jelas bukan nama Sanskerta, tetapi nama Indonesia asli Kudungga
diduga seorang kepala suku penduduk asli yang belum banyak terpengaruh budaya India.
Namun, raja-raja yang berikutnya banyak terpengaruh budaya India. Namun,
raja-raja yang berikutnya berbudaya India, dan memakai nama Sanskerta, yaitu
Aswawarman dan Mulawarman.
c. Kehidupan
Sosial Budaya Masyarakat.
Berdasarkan prasasti-prasasti yupa di Kutai telah
berkembang suatu masyarakat yang memiliki kebudayaan hasil perpaduan antara
unsur budaya India dan unsur budaya lokal. Hal ini dapat dilihat golongan
masyarakat yang menguasai bahasa Sanskera dan dapat menulis huruf Pallawa,
yaitu golongan brahmana.
d. Kehidupan
Ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai diperkirakan sudah
maju. Hal itu terbukti dengan adanya kesanggupan pihak kerajaan memberikan
sedekah berupa 20.000 ekor sapi kepada para brahmana. Kemampuan ini menunjukkan
masyarakat Kutai bermata pencaharian sebagai peternak, terutama sapi.
2. Kerajaan
Tarumanegara
Kerajaan Hindu tertua kedua adalah Kerajaan
Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berlokasi di lembah Sungai
Citarum, Jawa Barat, berdasarkan prasasti-prasasti dari Kerajaan Tarumanegara
yang ditemukan di antara sungai Citarum dan Sungai Cisadane.
a. Sumber
Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara terdiri dari
prasasti, berita atau kronik Cina, dan arca-arca.
1)
Prasasti-prasasti
Tarumanegara.
Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara
ditulis dengan memakai huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang isinya disusun
dalam bentuk syair, tetapi tidak berangka tahun.
Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara,
vaitu Prasasti Ciaruteun (Citarum) yang ditemukan di tepi Sungai Ciaruteun
Bogor, Prasasti Kebon Kopi ditemukan di daerah perkebunan kopi, Kampung Muara
Hilir Kecamatan Cibungbulang Bogor, Prasasti Jambu atau Prasasti Pasir
Koleangkak yang ditemukan di daerah perkebunan jambu Bukit Koleangkak (30 km
sebelah barat Bogor), Prasasti Tugu yang ditemukan di Desa Tugu Kecamatan
Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta, Prasasti Cidanghiang ditemukan pada tahun
1947 di Desa Lebak di tepi Sungai Cidanghiang, Kecamatan Munjul, Banten
Selatan, dan Prasasti Pasir Awi atau Prasasti Muara Cianten.
2)
Kronik
Dinasti Tang
Berita awal dari Cina menyebutkan bahwa Negara Ho-lo-an
(Aruteun) di Cho-po (Jawa) telah mengirimkan utusannya ke negeri Cina pada
tahun 430, 437, dan 452 M.
Kronik Dinasti Tang juga memberi keterangan bahwa Kerajaan
Tarumanegara mengirimkan utusan ke negeri Cina pada tahun 528, 535, 630, dan
669 M.
3)
Acara-acara
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
a)
Arca
Rajasi (disebutkan dalam Prasasti Tugu) diperkirakan berasal dan Jakarta.
b)
Dua
buah patung Wisnu dan Cibuaya yang diperkirakan berasal dan abad ke-7 M dan
berlanggam seni Pallawa di India Selatan Dua buah patung mi memperlihatkan
persamaan dengan arca-arca yang ditemukan di Semenanjung Melayu, Siam, dan
Kamboja.
b. Kehidupan
Politik dan Pemerintahan
Berdasarkan tempat penemuan prasasti-prasasti, pusat
Kerajaan Tarumanegara diduga berada di sekitar Bogor. Wilayah kekuasaannya
meliputi : Daerah Banten, Jakarta, hingga Cirebon.
c. Kehidupan
Sosial
Berdasarkan sumber-sumber sejarah yang ada, dapat
diperkirakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Purnawarman, kehidupan
masyarakat sudah mulai teratur dan berjalan baik.
Hubungan antara kerajaan dan para brahmana serta
rakyat diduga sudah terjalin dengan baik. Berdasarkan isi dari beberapa
prasasti diperoleh gambaran bahwa Raja Purnawarman menganut agama Hindu aliran
Wisnu.
d. Kehidupan
Ekonomi
Berdasarkan sumber-sumber prasasti dan berita-berita
asing, dapat diperoleh gambaran bahwa penduduk Kerajaan Tarumanegara mempunyai
mata pencaharian di bidang pertanian, peternakan, pelayaran, perburuan,
pertambangan, perikanan, dan perdagangan.
Kegiatan peternakan diduga sudah berkembang, terutama
ternak sapi mi terbukti dan isi Prasasti Tugu yang menyebutkan adanya pemberian
hadiah 1.000 ekor sapi kepada para brahmana.
3. Kerajaan
Kalingga
Kerajaan Kalingga atau Kerajaan Holing diperkirakan
berkembang sekitar abad ke-7 sampai abad ke-9 M. Nama Kalingga berasal dan nama
kerajaan di India Selatan, yaitu Kerajaan Kalingga.
a. Sumber
Sejarah
Sumber-sumber sejarah untuk mempelajari Kerajaan
Kalingga adalah sebagai berikut.
1)
Berita
/Kronik Cina dari Dinasti Tang yang menyebutkan adanya Kerajaan Kalingga yang
berlokasi di Cho-po (Jawa)
2)
Berita
dari I-Tsing, seorang pendeta Buddha dari Cina.
3)
Prasasti
Tuk Mas yang diperkirakan berasal dari tahun 650 M dan ditemukan di Desa Tuk
Mas di lereng Gunung Merbabu.
b. Kehidupan
Politik dan Pemerintahan
Dari berita cina dapat diketahui bahwa sejak tahun 674
Kerajaan Kalingga diperintah oleh seorang raja perempuan bernama Ratu Sima.
Batas kekuasaan Kerajaan Kalingga adala di sebelah
timur terletak Po-li (kemungkinan Bali), di sebelah utara terdapat Chen-la
(kemungkinan Kamboja), di sebelah barat terdapat To-po-teng (diperkirakan di
Sumatra, dan dibagian selatan berbatasan dengan samudera yang besar.
c. Kehidupan
Sosial Budaya Masyarakat
Berdasarkan berita Cina zaman Dinasti Tang, dapat
diketahui bahwa penduduk Kalingga membuat benteng-benteng kayu dan rumah-rumah
beratap daun kelapa. Dari prasasti Tuk Mas yang bertuliskan huruf Pallawa dalam
bahasa Sanskerta, dapat diperkirakan bahwa sebagian rakyat Kalingga sudah
mempunyai kepadaian menulis huruf Pallawa.
d. Kehidupan
Ekonomi
Menurut berita Dinasti Tang disebutkan bahwa Kerajaan
Kalingga mengahasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.
Dari pernyataan itu menunjukkan bahwa mata pencaharian Rakyat Kalingga adalah
berburu, nelayan, perdagangan, dan pertambangan secara sederhana.
4. Kerajaan
Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri pada abad
ke-8. Wilayah kerajaan ini diperkirakan meliputi daerah Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Kerajaan Mataram Kuno bercorak Hindu dan Buddha. Pusat kekuasaan wilayah
mi diperkirakan ada di wilayah Jawa Tengah dengan banyaknya
peninggalan-peninggalan sejarah di wilayah tersebut.
a. Sumber
Sejarah
Sumber sejarah untuk mempelajari awal berdirinya
Kerajaan Mataram di Jawa Tengah adalah Prasasti Canggal yang ditemukan di Desa
Canggal, di halaman sebuah candi yang sudah runtuh di lereng Gunung Wukir
(dekat Muntilan, sebelah barat Magelang).
b. Kehidupan
Politik dan Pemerintahan
Kerajaan Mataram Kuno merupakan kerajaan agraris yang
mengutamakan pengamanan tata pemerintahan dalam negeri.
Kedudukan raja bersifat turun-termurun. Kedudukan raja
atas takhta kerajaan hanya dapat digantikan oleh anak-anak raja yang lahir dan
permaisuri, yaitu putra mahkota yang bergelar rakai hino atau rakryan mahapatih i hino.
1) Raja Sanjaya
Prasasti Canggal menyebutkan tentang pendirian sebuah
lingga di Bukit Sthirangga, daerah Kunjarakunja. Menurut prasasti ini,
Jawadwipa yang kaya akan padi dan emas mula-mula diperintah oleh Raja Sanna.
Pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, diduga
muncul Dinasti Sailendra yang bernama Buddha.
2) Sailendra
Pada pertengahan abad ke-8 Jawa Tengah terdapat
beberapa prasasti yang berasal dari Dinasti (wangsa) Sailendra.
Berdasarkan penelitian para pakar, dapat dibuat
susunan raja-raja dan Dinasti Sailendra yang memerintah di Jawa Tengah, yaitu
sebagai berikut.
a) Raja Bhanu (±
752-775 M)
b) Raja Wisnu (±
77 5-782 M)
c) Raja Indra (±
782-8 12 M)
d) Raja
Samaratungga (± 8 12-833 M) dan
e) Raja
Balaputradewa (± 833-856 M)
Dinasti Sailendra mengalami penyatuan dengan Dinasti
Sanjaya berkat adanya perkawinan politik antara Pramodhawardhani, putri Raja
Samaratungga dan Dinasti Sailendra, dengan Rakai Pikatan dan Dinasti Sanjaya.
Perkawinan antara Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani
ternyata dapat menyatukan pemerintahan. Di pihak lain, berkat kecakapan dan
keuletan Rakai Pikatan, kebudayaan Hindu dapat dihidupkan kembali.
Di antara raja-raja yang memerintah di Jawa Tengah,
Raja Balitung termasuk raja yang paling dikenal.
Banyaknya peninggalan prasasti dari masa pemerintahan
Raja Balitung sekitar 20 prasasti.
Pada bagian akhir dan prasasti terdapat namanama raja
yang pernah memerintah di Jawa Tengah sebelum Raja Balitung, yaitu sebagai
berikut :
a) Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
b) Sri Maharaja Rakai Panangkaran
c) Sri Maharaja Rakai Panunggalan
d) Sri Maharaja Rakai Warak
e) Sri Maharaja Rakai Garung
f) Sri Maharaja Rakai Pikatan
g) Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
h) Sri Maharaja Rakai Waruhumalang
i) Sri
Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodya Mahasambu
3). Pemindahan
Kekuasaan ke Jawa Timur
Gejala untuk memindahkan pusat pemerintahan ke daerah
Jawa Timur mulai tampak sejak Raja Tulodhong memerintah dan tahun 919-927 M.
Berdasarkan hasil penyelidikan terakhir, rnenunjukkan bahwa pemindahan
kekuasaan ke Jawa Timur itu didasarkan pada pertimbangan ekonomi sebagai
berikut.
a) Adanya
sungai-sungai besar, antara lain Sungai Brantas dan Bengawan Solo yang sangat
memudahkan bagi lalu lintas perdagangan.
b) Adanya
dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan penanaman padi secara besar-besaran.
c) Lokasi Jawa
Timur berdekatan dengan jalan perdagangan utama waktu itu, yaitu jalur
perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.
Sejak terjadi perpindahan pusat Pemerintahan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, Mataram diperintah
oleh raja-raja keturunan Dinasti Isana yang lamanya sekitar 300 tahun.
Berdasarkan berita Cina, diperoleh keterangan bahwa
Raja Dharmawangsa pada tahun 990-992 M telah melakukan serangan terhadap
Kerajaan Sriwijaya.
Pada tahun 1016 Kerajaan Dharmawangsa diperkirakan
mengalami keruntuhan akibat serangan Kerajaan Wurawari.
c. Kehidupan
Sosial Budaya Masyarakat
Sumber dan berbagai prasasti menyebutkan adanya
stratifikasi atau pelapisan sosial berdasarkan pembagian kasta dan kedudukan
seseorang di dalam masyarakat, baik kedudukan di dalam struktur birokrasi
maupun kedudukan sosial atas dasa kekayaan materil.
Hubungan antara raja dan rakyat secara langsung sulit
terlaksana, sedangkan hubungan antara raja dan para pejabat tinggi kerajaan
hanya terjadi secara formal.
Jika kita perhatikan nama-nama penduduk desa di dalam
berbagai prasasti, tampak bahwa sebagian besar di antara mereka itu memakai
narna-nama Indonesia asli, seperti Si Gorotong, Si Kloteng, Si Guwar, Si Wadag,
Si Keni, dan Si Kasih.
d. Kehidupan
Ekonomi
Pada masa Mataram, penarikan pajak di desa-desa
dilakukan oleh pejabat di tingkat daerah yang membawahinya. Para penguasa
daerah kemudian mempersembahkannya kepada raja setiap kali panen.
Raja Tulodhong juga sangat memperhatikan
masalah-masalah ekonomi. Beberapa prasasti memberi keterangan sekilas tentang
kegiatan ekonomi pedesaan yang digambarkan dengan adanya orang-orang yang
menjual beras dari suatu desa ke pasar desa lain.
5. Kerajaan
Sriwijaya
Sejak awal abad ke-1 M sudah terjalin hubungan dagang
antara Indonesia dan India yang melewati jalur Selat Malaka.
a. Sumber
Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya berupa prasasti. Prasasti-prasasti
itu terdiri dan Prasasti Kedukan Bukit di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang,
dan berangka tahun 605 C (Saka) atau tahun 683 M.
Selain peninggalan berupa prasasti, sumber sejarah
Kerajaan Sriwijaya juga berupa berita Asing dari Cina, India, dan Arab, serta
benda-benda purbakala.
b. Kehidupan
Politik dan Pemerintahan
Dan Prasasti Telaga Batu dapat diketahui sedikit
gambaran tentang struktur birokrasi pemerintahan kerajaan Sriwijaya pada masa
pemerintahan Dapunta Hyang, salah seorang raja yang memerintah di Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya mencapai zaman keemasan pada abad
ke-8 dan ke-9 ketika diperintah oleh Raja Balaputradewa.
1)
Faktor-faktor
Pendorong Perkembangan Kerajaan Sriwijaya
a)
Letak
yang strategis
Keberhasilan Kerajaan Sniwijaya rnenguasai perairan
yang strategis di Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung Malaya, dan Tanah
Genting Kra, sangat menguntungkan dilihat dan segi perdagangan dan militer.
b)
Kemajuan
Kegiatan Perdagangan antara India dan Cina
Semakin pesatnya perkembangan perdagangan yang
dilakukan India dan Cina melalui Selat Malaka membuat posisi Sriwijaya semakin
penting.
c)
Keruntuhan
Kerajaan Fu-Nan
Pada awal abad ke-7 M, Kerajaan Fu-Nan yang berada di
daerah Indo-Cina mengalami keruntuhan akibat perang saudara sehingga pengaruh
kerajaan Fu-Nan di Asia Tenggara digantikan oleh Sriwijaya.
Pada tahun 992 M, utusan Sriwijaya tidak dapat pulang
karena negerinya diserang oleh Kerajaan Cho-Po (menurut penyelidikan Kerajaan
Cho-Po disamakan dengan Jawa semasa pemerintahan Raja Dharmawangsa).
Sriwijaya dianggap musuh Kerajaan Chola yang harus
dimusnahkan. Pada tahun `1089-1090 M, Raja Kuotungga dari Kerajaan Chola
menyebutkan dalam salah satu parasastinya tentang pembebasan membayar pajak
tanah.
2). Faktor-faktor Penyebab Kemunduran Kerajaan Sriwijaya.
a)
Adanya
serangan dan Jawa, yaitu serangan dan Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M yang
mengirimkan tentaranya ke Sriwijaya.
b)
Adanya
serangan dan Kerajaan Chola tahun 1023 M, 1030 M, dan 1068 M.
c)
Mundurnya
perekonomian dan perdagangan Sriwijaya akibat bandar-bandar penting melepaskan diri
dari Sriwijaya.
d)
Terdesak
oleh perkembangan Kerajaan Thai di Thailand serta pengaruh Kerajaan Singosari
yang menjalankan Ekspedisi Pamalayu untuk menjalin hubungan dengan Kerajaan Melayu
di Jambi dengan tujuan mengepung kedudukan Sriwijaya.
e)
Adanya
serangan dan Kerajaan Majapahit pada tahun 1477. Raja Majapahit mengirimkan
tentaranya untuk menaklukkan raja-raja Sumatra yang memberontak terhadap
Majapahit, salah satunya adalah Sriwijaya.
f)
Munculnya
kerajaan Islam Samudra Pasai yang berhasil mengambil alih pengaruh Sriwijaya.
c. Kehidupan
Sosial Budaya Masyarakat
Berdasarkan berita dan Cina, diperkirakan sejak abad ke-7
Kerajaan Sriwijaya telah dikenal sebagai pusat pendidikan agama Buddha
Mahayana.
Tingginya kedudukan Sriwijaya sebagai pusat
perkembangan agama Buddha terlihat jelas dengan datangnya pendeta Tantris yang
bernama Wajrabodhi pada tahun 717 M.
d. Kehidupan
Ekonomi
Ramainya perdagangan India dengan Cina melalui Selat
Malaka sangat menguntungkan Sriwijaya.
6. Kerajaan Kahuripan
a. Kehidupan Politik
Menurut daftar silsilah Prasasti Calcutta, Airlangga
adalah putra Udayana (keturunan Dinasti Warmadewa dari Bali) dari hasil
pernikahan dengan putri Mahndradatta (keturunan Dinasti Isana).
Pada akhir tahun 1035, wilayah kekuasaan Raja
Airlangga diperkirakan meliputi daerah Surabaya, Malang, Kediri, dan Madiun.
Pada tahun 1037, ibu kotanya dipindahkan dari Watan Madiun.
Pada tahun 1041 Airlangga mengundurkan diri sebagai
raja. Airlangga ditahbiskan sebagai pendeta oleh Empu Bharada dengan nama Resi
Gentayu pada tahun 1049 Airlangga wafat dimakamkan di Tirtha (Candi Belahan).
Sepeninggal Airlangga, terjadi perebutan kekuasaan
antara Kerajaan Janggala dan Panjalu yang berlangsung hingga tahun 1052.
Setelah pemerintahan Samarotsaha, kedua kerajaan itu
tidak ada kabar beritanya untuk yang cukup lama (sekitar 58 tahun).
b. Kehidupan Ekonomi
Raja Airlangga sangat memperhatikan bidang pertanian.
Prasasti Kelagen juga menyebutkan tentang kapal-kapal dagang yang dapat
berlayar menyusuri Sungai Brantas sampai di Pelabuhan Hujang Galu berkat adanya
Waduk Wringin Sapta tersebut.
7. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri (Panjalu) merupakan kelanjutan dari
Kerajaan yang didirikan oleh Airlangga. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Jayabaya.
a. Kehidupan Politik
Berdasarkan sumber-sumber sejarah, dapat diperoleh keterangan
mengenai Kerajaan Kediri d bidang politik. Hal itu dapat dilihat bahwa setelah
58 tahun mengalami masa kegelapan akhirnya berita tentang Kerajaan Panjalu atau
Kediri terdengar lagi sekitar tahun 1116.
Raja-raja yang memerintah Kerajaan Kediri adalah
sebagai berikut.
1.
Raja
Jayawarsa
2.
Rakaj
Sirikan Sri Bameswara
3.
Raja
Jayabaya(1135—1159)
4.
RajaSarweswara(1159—1169)
5.
Sri
Aryyeswara (1169—1181)
6.
Sri
Gandra(1181—1182)
7.
Kameswara
(1182—1185)
8.
Kertajaya
(1185—1222)
Dalam menjalankan pemerintahannya raja dibantu oleh
Mahamantri yang terdiri dan rakryan i hino, i srikan, dan i halu.
Pemerintahan dijalankan oleh 300 pejabat sipil
(administrasi) dan 1000 pegawai rendahan yang bertugas mengurus banteng,
pembendaharaan kerajaan, gudang-gudang persediaan, dan keperluan prajurit.
Pada masa pemenintahan Kameswara, seni sastra
berkembang pesat. Kemajuan bidang kesusastraan pada zaman Kediri disebabkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut :
1) Adanya pujangga-pujangga yang pandai.
2) Adanya perlindungan terhadap para pujangga.
3) Penghormaran kepada raja melalui hasil sastra.
4) Adanya kebebasan berpikir dalam mengembangkan
kesusastraan.
Pengganti Kameswara adalah Rala Kertajaya atau Srengga
yang memerintah dan tahun 1185 sampai tahun 1222. Raja Kertajaya dikalahkan Ken
Arok dan Singosari pada tahun 1222 dalam Perang Ganter di Pujon, Malang.
b. Kehidupan
Ekonomi
Kediri merupakan negara agraris dan maritim.
Masyarakat yang hidup di daerah pedalaman bermata pencaharian sebagai petani. Masyarakat
yang berada di daerah pesisir hidup dan perdagangan dan pelayaran. Perdagangan
dan pelayaran pada masa itu sudah berkembang maju.
c. Kehidupan
Sosial Budaya Masyarakt
Kondisi masyarakat di Kediri sudah teratur,
penduduknya sudah memakai kain sampai dibawah lutut rambutnya diurai, rumahnya
bersih dan rapi, serta lantainya dari ubin yang berwarna hijau atau kuning.
8. Kerajaan Singosari
Kerajaan Singosari didirikan oleh Ken Arok dengan nama
Dinasti Girindrawardhana, artinya keturunan dan Girindra. Ken Arok naik takhta
dengan gelar Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabhumi.
Ken Arok wafat pada tahun 1227 dibunuh oleh seseorang
atas perintah Anusapati (anak Ken Dedes dengan Tunggul Ametung).
Setelah berhasil membunuh Ken Arok Anusapati kemudian
naik takhta. Lambat laun berita tentang pembunuhan Ken Arok oleh Anusapati
sampai kepada Panji Tohjaya. Pada tahun 1248, Tohjaya membalas kematian ayahya dengan
cara membunuh Anusapati yang ketika itu sedang asyik menyabung ayarn.
Pada masa pemerintahan Kertanegara raja dibantu oleh
tiga orang pejabat tinggi, yaitu rakryan mahamantri i-hino, rakryan mahamantri
i-sirikan, dan rakryan mahamantri
i-halu.
a. Politik Dalam Negeri dan Pemerintahan
Politik dalam negeri Kertanegara ditujukan untuk
melancarkan dan menstabilkan pemerintahan. Untuk mencapai tujuan itu,
Kertanegara melakukan berbagai tindakan, antara lain sebagai berikut.
1)
Memecat Mahapatih Raganartha karena
dipandang kurang mendukung gagasan raja dan menggantikannya dengan Kebo Tengah.
2)
Mengangkat Banyak Wide sebagai Bupati
Sumenep yang dianggap masih punya hubungan erat dengan Kediri.
3)
Mengangkat Jayakatwang sebagai raja
kecil di Kediri guna menghindarkan perselisihan.
4)
Mengambil Ardharaja, putra Jayakatwang,
dan Raden Wijaya, cucu Mahisa Cempaka sebagai menantu.
5)
Memperkuat angkatan perang.
6)
Menumpas pemberontakan Bhayaraja (1270)
dan Mahesa Rengkah (1280).
7)
Mengangkatseoranjçpalaagarna Buddha dan
brahmana untuk mendampingi raja agar mendapat dukungan dan simpati dan para pemuka
agama.
b. Politik Luar Negeri
Dalam menjalankan politik luar negerinya. Kertanegara mempunyai dua
tujuan, yaitu sebagai berikut :
1)
Stabilisasi daerah-daerah di Nusantara,
dalam arti mempersatukan seluruh Nusantara yang dipimpin Kerajaan Singosari.
2)
Mengurangi pengaruh dan dua kerajaan
besar yang merupakan lawan-lawan politik Kertanegara, yaitu Kerajaan Sriwijaya
dan Cina Mongol.
9. Kerajaan Majapahit
Lokasi pusat Kerajaan Majapahit diperkirakan berada di
dekat Trowulan yang letaknya kurang lebih 10 km sebelah barat daya Kota
Mojokerto sekarang.
a. Sumber Sejarah
Sumber sejarah yang dapat digunakan untuk meneliti
sejarah Kerajaan Majapahit di antaranya sebagai berikut.
1) Prasasti, antara lain Prasasti Gunung Butak, Brumbung, Kudadu, Gajah
Mada, dan Jiu.
2) Karya sastra, antara lain Negarakertagama, Pararaton, Sutasoma, dan
Kidung Sundayana.
3) Candi, antara lain Candi Penataran, Tikus, Tegalwangi, Bajangratu,
Jabung, dan Kedaton.
4) Berita-berita asing dan Cina, India, dan Arab.
5) Arca, mata uang, dan keramik.
b. Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Setelah Kerajaan Singosari runtuh, Raden Wijaya
(menantu Kertanegara) berhasil menyelamatkan diri dari kejaran pasukan Kediri.
1) Masa Pemerintahan Kertarajasa Jayawardhana (1923 – 1309 M)
Menurut Prasasti Gunung Butak dan Kitab Pararaton,
Raden Wijaya adalah menantu dari Kertanegara. Raden Wijava mempunyai tiga anak.
Dan Tribuwaneswari mempunyai putra bernama Jayanegara, sedangkan dan Gayatri
mempunyai dua putri, yaitu Sri Gitarja atau Tribhuwana dan Dyah Wiyat atau
Rajadewi Maharajasa.
Pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya lebih mengutamakan
konsolidasi kekuatan dalam kerajaan.
2) Masa Pemerintahan Jayanegara (1309-1328 M)
Pada tahun 1328 M, Jayanegara meninggal setelah
dibunuh oleh tabib kerajaan yang bernama Tanca. Tanca kemudian dibunuh oleh
Gajah Mada.
3) Masa Pemerintahan Tribuwanatunggadewi
Pada masa pemerintahan Tribhuwana ini terjadi
pemberontakan di daerah Besuki yang dipimpin oleh Sadeng dan Keta pada tahun
1331. Pada tahun 1350 Gayatri wafat dan dimakamkan di Bhalango dekat
Tulungagung).
4) Masa Pemerintahan Hayam Wuruk
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit
mengalami zaman keemasan. Hayam Wuruk jugadikenal sebagai raja yang dapat
menciptakan kerukunan dan toleransi beragama di antara rakyatnya.
Dalam kitab tersebut terdapat kalimat “Bhineka Tunggal
Ika” yang artinya walaupun berbeda-beda
tetapi tetap satu.
Menurut buku Negarakertagama, daerah-daerah yang
mengakui kedaulatan Majapahit pada waktu itu adalah sebagai berikut.
a)
Daerah Melayu meliputi Jambi,
Minangkabau, Siak, Kampar, Rokan, Mandailing, Tamiang, Perlak, Karitang,
Padanglawas, dan Lampung.
b)
Daerah Malaka meliputi Pahang, Langkasuka,
Trengganu, Tumasik, daerah Sungai Pattani, dan Kualalumpur.
c)
Daerah Jawa meliputi 21 negara daerah,
yaitu Daha (Kediri), Jagaraga, Kahuripan (Janggala), Tanjungpura, Pajang, Kembangjenar,
Matahun, Wirabhumi, Keling, Kalingapura, Pandan Salas, Paguhan, Wengker,
Kabalan, Tumapel, Singosari, Singapura, Pamotan, Mataram, Lasem, Pakembangan,
dan Pawwanawwan. Daerah Pasundan (Jawa Barat) ternyata tidak dimasukkan sebagai
bagian wilayah kekuasaan Majapahit.
d)
Daerah bagian timur meliputi Bali, Nusa
Penida, Bima, Dompo, Seram, Wuanin di Papua Barat, Lumak, Makasar, Selayar, dan
Calyoa (Kangean).
5)
Kemunduran Kerajaan Majapahit
Faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan Majapahit
adalah sebagai berikut.
a) Terjadinya perang saudara, yaitu Perang Paregreg yang
sangat melemahkan Majapahit.
b) Tidak ada pembentukan kader kepemimpinan karena selama
berkuasa Gajah Mada tidak memberi kesempatan kepada generasi muda untuk tampil
ke depan.
c) Banyak kerajaan bawahan yang melepaskan diri dan
menjadi negara bebas setelah Majapahit mengalami kekacauan. Kondisi itu terjadi
seiring dengan makin lemahnya angkatan perang Majapahit.
d) Masuk dan berkembangnya agama Islam di J awa Timur
yang menyebabkan kekuatan dalam masyarakat tidak mendukung pemerintahan
Majapahit yang beragama Hindu-Buddha.
e) Kemunduran di bidang perdagangan karena Majapahit
sudah tidak mampu melindungi pusat-pusat perdagangan
c. Strutktur Birokrasi Pemerintahan Kerajaan Majapahit
Struktur pemerintahan keraj aan Maj apahit adalah
sebagai berikut.
1)
Raja yang merupakan pemegang otoritas
politik tertinggi. Kedudukannya diperoleh berdasarkan hak waris secara
turun-temurun.
2)
Yuwaraja atau kumararaja yaitu jabatan
yang diduduki oleh putra-putra raja.
3)
Rakryan
Mantri ri Pakirakiran yang merupakan dewan menteri yang berfungsi sebagai
badan pelaksanaan pemerintahan yang terdiri atas Rakryan Mapatih, dan Rakryan
Tumenggung, dan Rakryan Demung.
4) Dharmadhyaksa yang merupakan pejabat
tertinggi kererajaan yang bertugas menjalankan hukum keagamaan.
d. Kehidupan Sosial Ekonomi dan Budaya
Masyarakat penganut agama hindu dan Buddha di
Majapahit dapat hidup berdampingan secara damai. Kerajaan Majapahit amat menjaga kelancaran
alur-jalur lalu lintas.
e. Kehidupan Ekonomi
Berdasarkan berita dan Ma-Huan, dalam bukunya berjudul
Ying-yai Cheng Lan, di Majapahit telah banyak bermukim orang-orang asing,
antara lain orang Cina dari Kanton dan Fukien, orang Jambudwipa (India),
Kamboja, Campa, Yawana, Goda, dan Kanataka.
10. Kerajaan Sunda
Setelah Kerajaan Tarumanegara runtuh pada Abad ke-7,
di wilayah Jawa Barat yang umumnya dikenal dengan nama Sunda terdapat satu
kerajaan yang bercorak Hindu, yaitu Kerajaan Sunda atau Kerajaan Pajajaran.
a. Sumber Sejarah
Nama Sunda muncul pada Prasasti Sang Hyang Tapak yang
berangka tahun 952 Saka (1030 M).
b. Kehidupan Politik
Menurut kitab Carita Parahyangan, yang menjadi Raja
Sunda di Kawali (Ciamis) setelah Perang Bubat adalah Rahyang Niskala Wastu
Kencana, sedangkan keratonnya disebut Surawisesa.
Struktur birokrasi kerajaan Sunda, yaitu sebagai
berikut :
1)
Raja sebagai penguasa tertinggi yang berkedudukan di tingkat pusat.
2)
Putra mahkota yang akan menggantikan kedudukan raja.
c. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
Sumber-sumber sejarah Sunda memberikan keterangan
adanya kelompok-kelompok masyarakatnya berdasarkan fungsi yang dimiliki
masing-masing kelompok, yaitu sebagai berikut.
1)
Kelompok
masyarakat berdasarkan ekonomi, misalnyajuru lukis (pelukis), pande mas (pandai
emas), pande wesi (pandai besi), kumbang gending (penabuh/pembuat gamelan),
pahuma (peladang), dan panyawah (penyawahfpetani sawah).
2)
Kelompok
masyarakat yang bertugas sebagai alat negara, yaitu mantri, bayangkara (penjaga
keamanan), prajurit (tentara), pam(a)rang (pemerang, tentara), nu nangganan
(nama jabatan di bawah mangkubumi).
3)
Kelompok
rohani dan cendekiawan yang terdiri dan memen (dalang), paraguna yang
mengetahui berbagai macam lagu dan nyanyian, hempul yang mengetahui berbagai
macam permainan, prepantun yang mengetahui berbagai macam cenita pantun,
paratanda yang mengetahui berbagai macam tingkat dan kehidupan keagamaan, dan
brahmana yang mengetahui berbagai macam mantera.
d. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Sunda hidup dan hasil pertanian, terutama dari
perladangan. Selain itu, bidang perdagangan juga telah maju yang didukung
dengan enam bandar sebagai tempat perdagangan dengan daerah atau negara lain,
yaitu Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Kalapa, dan Cimanuk. Keenam bandar itu
banyak disinggahi perahu dagang dan luar negeri, terutama dari Cina.
11. Kerajaan Bali
Nama Bali telah dikenal pada masa Kekaisaran Dinasti
Tang di Cina.
a. Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah yang dapat dipakai untuk
mempelajari sejarah kerajaan di Bali adalah sebagai berikut.
1)
Prasasti Bali yang tertua berangka
tahun 804 Saka atau 882 M. Isinya tentang pemberian izin kepada para biksu
untuk membuat pertapaan di Bukit Chintamani.
2)
Prasasti Blanjong di dekat Sanur yang
berangka tahun 836 Saka atau 914 M dan berbahasa Bali Kuno. Kerajaannya disebut
Sunghamandana, tetapi tidak disebutkan nama rajanya.
3)
Prasasti Sanur yang beranka tahun 917 M
dan memakai dua huruf dan dua bahasa, yaitu huruf Nagari dengan bahasa Bali
Kuno dan bahasa Sanskerta. Prasasti itu menyebutkan nama Raja Khesari Warmadewa
dengan istananya di Singadwala.
4)
Pada tahun 915-942 M ditemukan 9
prasasti pada masa Raja Ugrasena.
5)
Prasasti tahun 955 M menerangkan Bali
diperintah oleh Raja Tabanendrawarmadewa.
6)
Prasasti tahun 962 M menerangkan bahwa di Bali diperintah oleh Raja Sri
Candrabhayasimawarmadewa.
7)
Prasasti tahun 975 M menerangkan di
Bali diperintah oleh Raja Sri Janasadhuwarmadewa.
b. Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Dari prasasti-prasasti di atas juga dapat diketahui
bahwa pengganti Khesari Warmadewa adah Ugrasena (915-942 M).
c. Kehidupan Sosial
Masyarakat Bali Kuno umumnya hidup berkelompok dalam
suatu daerah (wanua).
d. Kehidupan Ekonomi
Sejak zaman dahulu masyarakat Bali umumnya hidup
bercocok tanam atau bertani dan memelihara binatang ternak, antara lain: itik,
kambing, sapi, kerbau, dan anjing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis komentar