MAKALAH
KERAJAAN SRIWIJAYA
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK
5
1. RADINAL
2. REANDIJIDAN
3. HAMDANI
4. NURHASANAH
5. YULI
MARITO
6. MUHAMMAD
FARHAT
SMA NEGERI 1 BARUMUN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena anugerah dan rahmat-Nyasehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telahberusaha semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan yang takternilai dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakansuatu dorongan yang positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalammenghimpun bahan materi untuk menyusun makalah ini.Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritikyang bersifat konstruktif senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.
Sibuhuan, Februari 2023
Penyusun
Kelompok
5
DAFTAR ISI
PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR
ISI........................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang...................................................................... 1
B.Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Kerajaan Sriwijaya..................................................................... 2
B. Kehidupan Sosial........................................................................ 2
C.Kehidupan Politik........................................................................ 3
D.Kehidupan Budaya........................................................................ 4
E.Kehidupan Ekonomi...................................................................... 5
F.Sebab Sebab Keruntuhan Kerajaan
Sriwijaya................................... 5
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................. 6
B.
Saran......................................................................................... 6
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 7
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang
terletak di pulau Sumatra,tepatnya di Palembang. Menurut dugaan, kerajaan sriwijaya
selalu berpindah-pindah.Awalnya berada di Minangatamwan (daerah sekitar Candi
Muara Takus di Riau daratan).Kemudian dipindahkan ke Jambi, lalu ke Palembang.
Hal ini diperkuat denganditemukannya sebuah candi di Muara Takus. Dan di
Palembang ditemukan arca BuddhaSiguntang, karena pada abad ke 8 M, kerajaan
Sriwijaya menjadi pusat ziarah dan belajaragama Budha.Kerajaan ini berdiri
sekitar awal abad ke 7 M. Kerajaan Sriwijaya merupakankerajaan Buddha terbesar
di Asia Tenggara karena memiliki daeraah jajahan yang luasdan menguasai
perdagangan laut. Daerah jajahannya meliputi: Laut Natuna,Semenanjung Malaya,
Tanah genting Kra, Selat Malaka, Laut Jawa, Ligor, Kelantan,Pahang, Jambi, dan
Selat Sunda.
B. Rumusan Masalah
1. Kerajaan sriwijaya terletak dimana?
2. Bagaimana kehidupan sosial Kerajaan Sriwijaya?
3. Apa sebab-sebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini
disusun dengan tujuan untukmengetahui:
1. Letak kerajaan sriwijaya
2. Kehidupan sosial Kerajaan Sriwijaya?
3. Apa sebab-sebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya lahir pada abad
ke-7 Masehi dengan pendirinya yang bernama Dapuntahyang Sri Jayanasa.
Keterangan ini tertulis pada salah satu prasasti yang ditemukan di Kota Kapur,
Mendo Barat, Bangka.
Namun, kisah pendirian kerajaan ini
merupakan salah satu bagian yang sulit dipecahkan oleh peneliti. Sebab dalam
sumber-sumber yang ditemukan tidak ada struktur genealogis yang tersusun rapi antar
raja Sriwijaya.
Prasasti Kedukan Bukit (682 Masehi)
menyebutkan nama Dapunta Hyang, dan prasasti Talang Tuo (684 Masehi)
memperjelasnya menjadi Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kedua prasasti ini adalah
penjelasan tertua mengenai seseorang yang dianggap sebagai raja atau pemimpin
Sriwijaya.
Dalam Prasasti Kedukan Bukit juga
menceritakan bahwa Dapunta Hyang mengadakan perjalanan dengan memimpin 20 ribu
tentara dari Minanga Tamwan ke Palembang, Jambi, dan Bengkulu. Dalam perjalanan
tersebut, ia berhasil menaklukkan daerah-daerah yang strategis untuk
perdagangan sehingga Kerajaan Sriwijaya menjadi makmur.
Berdasarkan prasasti Kota (686 M)
di Pulau Bangka, Sriwijaya diperkirakan telah berhasil menguasai Sumatera
bagian selatan, Bangka dan Belitung, bahkan sampai ke Lampung.
Bukti ini juga menyebutkan bahwa
Sri Jayanasa bahkan mencoba untuk melancarkan ekspedisi militer menyerang Jawa
yang dianggap tidak mau berbakti kepada maharaja Sriwijaya.
Peristiwa ini terjadi pada waktu
yang kurang lebih bersamaan dengan runtuhnya kerajaan Tarumanegara di Jawa
Barat dan Kerajaan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang bisa saja.
B.
Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat di
Kerajaan Sriwijaya berbaur dengan para pedagang dari luar, karena saat itu
wilayah tersebut merupakan pelabuhan bagi kapal-kapal asing yang singgah.
Kemungkinan bahasa yang berkembang adalah bahasa melayu kuno, mereka
menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi dengan para pedagang.
Budaya asing, khususnya dari India
berkembang di wilayah Sriwijaya. Contohnya penggunaan nama-nama khas India dan
pengaruh agama Hindu-Budha semakin menyebar menyeluruh, baik masyarakat maupun
di dalam kerajaan. I Tsing, orang China yang pernah singgah di Kerajaan
Sriwijaya juga menjelaskan bahwa banyak para pendeta dari luar yang berdatangan
untuk berguru/belajar bahasa Sanskerta dan mempelajari kitab suci agama Budha.
C. Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik kerajaan
Sriwijaya mandala-mandala tersebut membentuk semacam perkumpulan yang diketuai
oleh seseorang yang disebut dengan Datu. Datu memiliki peran sebagai Primus
Interpares.
Biasanya seorang datu akan dipilih
oleh para putra dari keturunan para penguasa maupun keturunan dari seorang
bangsawan. Pejabat yang berada di bawahnya adalah petinggi yang bergelar
parvvanda yang memimpin keseluruhan hulubalang dan juga bertanggung jawab dalam
seluruh hal ketentaraan.
D. Kehidupan Budaya
Tonggak kehidupan budaya masyakarat
Sriwijaya yang sangat dibanggakan adalah pada saat Sriwijaya menjadi pusat
pengajaran ajaran Buddha di Asia Tenggara. Para pendeta yang berasal dari
wilayah sebelah timur Sriwijaya, seperti Cina dan Tibet banyak yang menetap di
Sriwijaya. Tujuan mereka adalah belajar ajaran Buddha sebelum mereka belajar di
tanah asal lahirnya ajaran itu (India). Pada tahun 1011– 1023, datang seorang
pendeta Buddha dari Tibet untuk memperdalam pengetahuannya tentang agama Buddha
di Sriwijaya. Pendeta itu bernama Atisa dan menerima bimbingan langsung dari
guru besar agama Buddha di Sriwijaya, yaitu Dharmakitri.
Hal lain yang berkaitan dengan itu
ialah mengenai adanya pemberitaan bahwa pada tahun 1006, Raja Sriwijaya,
Sanggrama Wijayatunggawarman mendirikan sebuah wihara di India Selatan, yaitu
di Nagipattana. Wihara ini dilengkapi dengan asrama yang dikhususkan bagi tempat
tinggal para biksu yang berasal dari Sriwijaya yang tengah memperdalam ajaran
Buddha di India. Secara budaya, hal ini jelas menunjukkan bahwa raja-raja
Sriwijaya memiliki perhatian yang besar pada pengembangan budaya dan
pendidikan, khususnya mengenai pendidikan pengajaran agama Buddha.
E. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Sriwijaya kehidupan
ekonominya berkembang pesat berkat letaknya yang sangat strategis. Lokasinya
yang berada di tepi Sungai Musi dan tidak jauh dari Selat Malaka membuat
Sriwijaya berada di daerah lintasan pelayaran dan perdagangan internasional.
Pada masa itu, aktivitas perdagangan antara India dan China melalui Selat
Malaka sangat ramai, yang membawa keuntungan bagi Kerajaan Sriwijaya. Pasalnya,
para pedagang asing dari dua negeri tersebut senantiasa singgah di pelabuhan
Sriwijaya untuk menambah bekal air minum dan perbekalan makanan. Tidak jarang
pula, kapal-kapal yang singgah tersebut melakukan aktivitas perdagangan. Para
pedagang asing yang singgah dapat menukarkan aneka porselen, tembikar, kain
katun dan sutra, dengan barang dagangan penduduk Sriwijaya yang mayoritas hidup
di sektor perdagangan pula. Barang dagangan Sriwijaya yang termasuk komoditas
berharga meliputi emas, perak, gading gajah, penyu, kemenyan, kapulaga, kapur
barus, pinang, kayu gaharu, cendana, lada, dan damar.
F. Sebab Sebab Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kemunduran yang berakhirnya Kerajaan Sriwijaya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
– Pada
tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, soerang dari dinasti Cholda di
Koromande, India Selatan. Dari dua serangan tersebut membuat luluh lantah
armada perang Sriwijaya dan membuat perdagangan di wilayah Asia-tenggara jatuh
pada Raja Chola. Namun Kerajaan Sriwijaya masih berdiri.
– Melemahnya
kekuatan militer Sriwijaya, membuat beberapa daerah taklukannya melepaskan diri
sampai muncul Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudian
menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung
Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.
– Melemahnya
Sriwijaya juga diakibatkan oleh faktor ekonomi. Para pedagang yang melakukan
aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang karena
daerha-daerah strategis yang dulu merupakan daerah taklukan Sriwijaya jatuh ke
tangan raja-raja sekitarnya.
– Munculnya
kerajaan-kerajaan yang kuat seperti Dharmasraya yang sampai menguasai Sriwijaya
seutuhnya serta Kerajaan Singhasari yang tercatat melakukan sebuah ekspedisi
yang bernama ekspedisi Pamalayu.
Kerajaan Sriwijaya pun akhirnya runtuh di tangan
Kerajaan Majapahit pada abad ke-13.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan
maritim dan melayu kuno yang berkembang di Sumatra yang merupakan perkembangan
lanjutan dari kerajaan-kerajaan yang lebih kecil di Sumatra Selatan yang
berdiri pada abad ke-7 Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama.
B.
SARAN
Generasi seharusnya bangga dan
melestarikan serta mempelajari peninggalan-peninggalan kerajaan Sriwajaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis komentar